ulasansingkat

sekedar ulasan (film) singkat

Monthly Archives: Maret 2012

The Turin Horse

The Turin Horse | A Torinói ló (2011)
sut: Béla Tarr | Ágnes Hranitzky
pen: Béla Tarr | László Krasznahorkai
Hungaria

Mungkinkah ini yang ada di kepala Nietzsche?

Mungkin anda pernah mendengar/membaca cerita mengenai kejadian mental breakdown yang dialami Friedrich Nietzsche, seorang ahli filsafat asal Jerman. Pada 3 Januari 1889, Nietzsche menyaksikan seekor kuda taksi dicambuk oleh pemiliknya karena tidak mau bergerak. Ia langsung menghentikan aksi tersebut dengan berlari dan memeluk leher kuda itu sambil menangis, lalu ambruk. Setelah hari itu Nietzsche masih hidup selama 10 tahun, dalam keadaan diam dan gila.

Film ini adalah mengenai kuda itu. Bisa dibilang. Kurang lebih.

Mungkin anda pernah mendengar/membaca istilah film seni. Film yang sulit dimengerti, pacing-nya lambat, populer di festival, dan dibenci penonton kasual. Film ini tidak ragu lagi masuk dalam kategori itu.

Béla Tarr bukanlah tipe sutradara yang pemalu, dalam menggunakan durasi untuk membangun mood dan atmosfir. Bila ia memiliki point yang perlu disampaikan dengan memperlihatkan kegiatan yang mundane dalam real-time, akan tetap ia lakukan. Bandingkan saja: film ini terdiri hanya dari 30 shot (30 cuts), sementara film biasa rata-rata 600-700 cuts.

Mungkin anda pernah mendengar/membaca mengenai seorang sutradara film bernama Andrei Tarkovsky. Film-filmnya akan sulit dinikmati penonton kasual atau penonton yang belum pernah mengonsumsi film yang tidak menggunakan struktur naratif Hollywood. Tapi buat yang sudah pernah menonton karya-karya Andrei Tarkovsky dan dapat mengapresiasinya, The Turin Horse kemungkinan besar akan cocok dengan anda.

8.5/10

The Turin Horse: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

Batman: Under the Red Hood

Batman: Under the Red Hood (2010)
sut: Brandon Vietti
pen: Judd Winick
A.S.

Film ini merupakan kisah origin dari Red Hood. Bagi yang sebelumnya tidak tahu siapa dia, film ini akan menjadi perkenalan yang paling pantas untuk karakter ini.

Meski sebuah film kartun film ini kurang cocok untuk anak-anak di bawah sepuluh tahun. Karena film ini mengandung kekerasan termasuk pembunuhan berdarah dingin yang tidak ‘dilembutkan’ sama sekali–untungnya. Ceritanya sendiri sangat menarik karena sangat personal bagi Batman dan disusun dan di-pace dengan sangat baik. Adegan aksinya juga sangat luar biasa. Semuanya dipikirkan, dikoreografi, dan ditampilkan dengan cermat, sangat keren.

7.5/10

Batman: Under the Red Hood: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

Jack and Jill

Jack and Jill (2011)
sut: Dennis Dugan
pen: ####
A.S.

Pecahnya rekor jumlah nominasi (update= pemenang) Razzie terbanyak dipecahkan oleh Adam Sandler sebagian besar berkat film ini, jadi saya rasa cukup pantas untuk ditonton ^_^

Dan setelah menontonnya, saya tidak melihat apanya yang amat sangat buruk. Akting Sandler memang buruk, tetapi tidak buruk-buruk amat. Komedinya banyak yang garing, tapi tidak ada yang benar-benar menghina intelejensia kita. Katie Holmes tampil sesuai dengan tuntutan karakternya, dan tidak kurang atau lebih. Dan memang, melihat Al Pacino memerankan karakter yang seperti di film ini SANGAT ANEH rasanya, tapi tidak seburuk itu kok. Secara keseluruhan film ini tidak begitu berbeda dengan film-film Adam Sandler yang lain, film ini biasa saja. Bahkan bila dibandingkan dengan semua film-film komedi konyol yang pernah dibuat, film ini bukanlah yang terburuk sepanjang masa.

Bukan hal yang penting sih, tetapi hanya bikin penasaran saja. Trailernya tidak bohong, film ini memang persis seperti yang dijanjikan. Dan bila anda tertarik setelah melihat trailernya bahwa anda mungkin dapat menikmati film ini, maka film ini bisa menghibur buat anda.

5.5/10

Jack and Jill: buat yang tertarik (BO)

Hi5teria

Hi5teria (2012)
sut: #####
pen: ######
Indonesia

Omnibus 5 film horor, dan tidak ada yang benar-benar luar biasa. Kecuali mungkin film ‘Loket’ yang disutradarai dengan sangat baik.

Memang sih terdapat beberapa momen-momen yang menarik. Dan saya bisa mengerti bila ada yang bisa menyukai film ini. Namun bila anda mencari film yang nakutin, bukan sekedar ngagetin, saya rasa film ini akan mengecewakan.

6/10

Hi5teria: … (13+)

Love is U

Love is U (2012)
sut: Hanny R. Saputra
pen:
Indonesia

*Ulasan yang tidak baik, jadi dihapus aja. Maaf.

3/10

Love is U: tidak direkomendasikan (10-)

The Hunger Games

The Hunger Games (2012)
sut: Gary Ross
pen: Gary Ross | Suzanne Collins | Billy Ray
A.S.

Baca pos ini lebih lanjut

The Raid

The Raid (2011)
sut: Gareth Evans
pen: Gareth Evans
Indonesia

Heeeeaaaaaagghhhh rrraaaaaaaaahhhhhhh hrrrraaaaaaaaa grhaaaaaaaaaaeeeeeaaaaaaa gwrstyyaaaarrrrrrggghhhhch mmbbbbeeeeeeeekkkkk mhuuurrrraaaagggghhtttxxrzz!!!!! lol.

Sangat menyenangkan dan menghibur. Film ini penuh klise dan percakapan yang terlalu ‘menjelaskan’. Tapi adegan berantemnya keren abis. Ganas. Suaranya mantap. Darahnya mantap. Mad Dog-nya mantap.

Cari hiburan dari adegan aksinya saja. Jangan mengharapkan apa-apa dari plot maupun karakter, karena anda akan kecewa. Film ini murni serangkaian sekuens aksi.

Gareth Evans adalah sutradara yang jago dalam muncul dengan premis yang sangat menarik, tapi tidak terlalu niat untuk mengembangkannya menjadi sebuah cerita ‘bagus’. Premis film Merantau secara keseluruhan. Premis film The Raid secara keseluruhan. Juga premis adegan berantem klimaks yang prosesnya tidak konvensional (jagoan terpaksa main keroyokan). Mungkin bila ia bekerja sama dengan penulis yang handal, Salman Aristo misalnya, cerita yang timbul dari premis-premis tersebut bisa lebih menggugah.

Namun secara keseluruhan, film ini sangat menghibur. Saya agak malu sebenarnya memberi nilai sangat tinggi untuk film ini setelah membaca review Roger Ebert dan setuju dengan semua poinnya.
Tapi saya harus jujur, film ini ada ‘greget’-nya, lol.

8/10

The Raid: rekomendasi bagi penikmat film aksi (13+)

Merantau

Merantau (2009)
sut: Gareth Evans
pen: Gareth Evans
Indonesia

Klise, klise, klise. Dari sisi naratif, dari sisi filmmaking, dari sisi aksi. Semua yang terdapat dalam film ini sudah dapat dilihat di banyak film-film yang telah muncul terlebih dahulu (oke, mungkin tidak di sinema Indonesia).

Tapi tidak semua yang klise otomatis buruk. Terkadang kita tidak perlu cerita yang tebal, karakterisasi yang bulat, ataupun sesuatu yang baru. Terkadang kita hanya ingin melihat orang berantem abis-abisan saling pukul sampai bonyok dengan koreografi indah nan liar.

Dan film ini menyadari betul hal tersebut sebagai tujuan utamanya, sehingga tidak repot-repot memberikan kisah yang menggugah maupun pesan yang dalam dengan simbolisasi filosofi macam-macam. Film ini hanya menawarkan dirinya di apa adanya, hanya ingin menghibur, suka tidak suka.

Ceritanya yang sangat sederhana murni hanya sekedar sarana untuk menunjukkan serentetan sekuens aksi silat. Awal-awal durasi yang digunakan sebagai introduksi dan set-up memang cukup menyiksa untuk ditonton, tapi setelah ceritanya naik gigi di sekitar menit 30, film ini sangat menghibur. Adegan aksinya maksud saya. Kalau menilai ceritanya terpisah, dalam skala 1 sampai 10 akan saya beri 4. Tapi di sisi lain karena film ini dengan sukses menghidupkan kembali gairah perfilman genre aksi domestik, mengandung koreografi dan eksekusi silat yang keren, dan terutama karena telah memberikan Indonesia bintang laga baru luar biasa, IKO UWAIS, jadi 10.

7/10

Merantau: rekomendasi bagi penggemar aksi (13+)

Smiles of a Summer Night

Smiles of a Summer Night | Sommarnattens leende (1955)
sut: Ingmar Bergman
pen: Ingmar Bergman
Swedia

Tidak saya sangka ternyata saya cukup cocok sama film Ingmar Bergman. Reputasinya sebagai filmmaker film-film seni ‘berat’ dan sering disebut-sebut berbarengan dengan nama-nama seperti Michelangelo Antonioni dan Federico Fellini dan lain-lain, membuat saya selalu mengundur-undur untuk menonton karya-karyanya menunggu mood yang tepat untuk mencerna film seni ‘berat’.

Tapi hei, baru dua filmnya (yang sangat berbeda satu sama lain) yang saya tonton, dan dua-duanya sangat kompatibel dengan selera saya ternyata. Sekarang saya siap menelusuri film-film seni ‘berat’ Bergman.

Beralih ke ulasan filmnya sendiri, Smiles of a Summer Night bukanlah komedi romantis biasa. Komedinya tidak bodoh, dengan cerita dan karakter-karakter yang kaya dan unik, dibalut dengan teknik filmmaking berkualitas tinggi, film ini instan menjadi salah satu film favorit saya pribadi.

Amat sangat direkomendasikan buat cinephiles dan pecinta komedi cerdas, baik selera aural maupun visual. Anda mungkin akan tidak menyukainya sama seperti saya, tapi film ini tetap pantas tonton.

10/10

Smiles of Summer Night: rekomendasi dengan pujian yang tinggi (13+)

The Seventh Seal

The Seventh Seal | Det sjunde inseglet (1957)
sut: Ingmar Bergman
pen: Ingmar Bergman
Swedia

Saya tidak bisa berkomentar banyak. Sinema kualitas tinggi. Masterpiece.

10/10

The Seventh Seal: rekomendasi dengan pujian yang tinggi (13+)