ulasansingkat

sekedar ulasan (film) singkat

Tag Archives: thriller

Through a Glass Darkly

Through a Glass Darkly | Såsom i en spegel (1961)
sut: Ingmar Bergman
pen: Ingmar Bergman
Swedia

Film keempat Ingmar Bergman yang saya tonton, dan winning streak-nya masih berlanjut. Film yang sangat luar biasa dalam menguraikan sesuatu yang sangat kompleks menjadi sangat sederhana. Sebenarnya bukan di film ini saja. Hal ini berlaku di semua film-filmnya paling tidak yang sudah saya tonton. Jenius.

Sangat direkomendasikan bagi para cinephiles (yang belum nonton).

9/10

Through a Glass Darkly: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

Aguirre: The Wrath of God

Aguirre: The Wrath of God | Aguirre, der Zorn Gottes (1972)
sut: Werner Herzog
pen: Werner Herzog
Jerman

Menceritakan sebuah ekspedisi tentara Spanyol dalam mencari El Dorado di tengah Amazon, tahun 1500an. Drama di dalam film ini memiliki unsur-unsur konvensional namun sama sekali tidak terasa begitu. Entah mungkin karena cara penyampaiannya atau cara syutingnya, unsur-unsur dramanya sangat tipis tetapi ada ‘sesuatu’ di baliknya.

Film ini agak ‘aneh’. Para karakternya tidak berdimensi, dan kita tidak peduli pada mereka bahkan saat ada yang mati sekalipun. Juga film ini sama sekali tidak berusaha untuk membuat kita untuk bertanya-tanya apakah mereka akan berhasil atau tidak. Tetapi anehnya kita tetap dapat terpikat terhadap ‘sesuatu (entah apa)’ untuk terus menonton hingga akhir. Mungkin karena karisma Klaus Kinski sebagai Aguirre, atau mungkin karena tone filmnya yang bagai mimpi. Film ini sangat hebat dalam memberikan fenomena kegilaan di tengah hutan, dan bagian mana dari film ini yang menginspirasi Apocalypse Now baru jelas setelah menontonnya.

Film ini menyampaikan ceritanya dengan straightforward, bahkan seperti tidak niat untuk menggarisbawahi setiap drama yang terdapat di dalamnya. Seperti cerita yang diceritakan oleh seseorang yang telah menceritakan cerita yang sedang ia ceritakan ratusan kali sebelumnya hingga ia sudah tidak menggebu-gebu dan lost interest untuk pendengarnya merasakan hal yang sama yang ia rasakan saat ia masih interested. Tapi caranya bercerita tetap menarik!

Kadang serasa menonton sebuah film dokumenter. Kadang malah sureal. Aneh, dalam arti positif.

8.5/10

Aguirre: The Wrath of God: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

Hi5teria

Hi5teria (2012)
sut: #####
pen: ######
Indonesia

Omnibus 5 film horor, dan tidak ada yang benar-benar luar biasa. Kecuali mungkin film ‘Loket’ yang disutradarai dengan sangat baik.

Memang sih terdapat beberapa momen-momen yang menarik. Dan saya bisa mengerti bila ada yang bisa menyukai film ini. Namun bila anda mencari film yang nakutin, bukan sekedar ngagetin, saya rasa film ini akan mengecewakan.

6/10

Hi5teria: … (13+)

We Need to Talk About Kevin

We Need to Talk About Kevin (2011)
sut: Lynne Ramsay
pen: Lynne Ramsay | Rory Kinnear | Lionel Shriver (novel)
A.S.

Cara film ini menunjukkan masa lalu diparalelkan dengan masa kini membuat penonton kurang lebih memiliki gambaran apa yang telah terjadi bahkan sejak di awal-awal durasi. Jadi kita hanya akan menunggu apakah tebakan kita itu benar, dan jadi penasaran ingin melihat bagaimana kejadiannya. Dan saya yakin tebakan hampir semua orang benar, jadi tidak perlu menonton film ini sambil menunggu twist/pay-off. Nikmati saja ceritanya sebagai sebuah karakter studi dan kisah drama dengan POV yang konsisten.

Sebuah film yang solid. Akting Tilda Swinton sangat bagus. Ketiga aktor karakter Kevin juga bagus semua. Tiga aktor yang berbeda memerankan karakter yang sama (usia berbeda), dan berhasil memberikan aura yang sama di setiap screentime mereka. Hebat sekali.

Film ini bukanlah film horor, tapi bisa dimengerti bila ada yang memandangnya seperti itu. Film ini mengunci kita untuk terus menonton agar tahu bagaimana ceritanya terurai dengan suspense ketakutan karena kita sudah punya bayangan sendiri kira-kira apa yang akan terjadi. Sebenarnya tidak ada horor sepanjang film, dan kita hanya menakuti diri sendiri, tapi…

7.5/10

We Need to Talk About Kevin: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

The Cook, The Thief, His Wife, and Her Lover

The Cook The Thief His Wife and Her Lover (1989)
sut: Peter Greenaway
pen: Peter Greenaway
Prancis | Inggris Raya

Baca pos ini lebih lanjut

Tucker & Dale vs Evil

Tucker & Dale vs Evil (2010)
sut: Eli Craig
pen: Eli Craig | Morgan Jurgenson
Kanada | A.S.

Film ini bukan parodi film-film slasher remaja biasa. Film ini melangkah jauh melampaui premisnya.

Film ini memainkan kesalahpahaman dengan menjadikan dua karakter yang biasanya akan menjadi antagonis di film-film slasher biasa sebagai protagonisnya. Bahkan posternya pun bisa menyebabkan kesalahpahaman. Dan bagaimana bila para remaja yang pergi berkemah yang menjadi antagonis dan ingin membunuh mereka? Sumpah kocak abis. Tidak kurang lelucon dan darah.

Film ini sangat cerdas dalam memainkan komedi dari kesalahpahaman/prasangka, dan hal terburuk (terkocak) apa yang dapat timbul dari sana. Dan ‘pergerakan’/aliran ceritanya sungguh luar biasa.

Selucu-lucunya film ini, juga tetap memiliki beberapa hal yang pantas untuk diambil hikmahnya. Asal main ambil kesimpulan sendiri dan menghakimi orang lain dapat mengakibatkan kematian yang mengerikan. MUAHAHAHAHA!! *ehem*

8/10

Tucker & Dale vs Evil: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

Take Shelter

Take Shelter (2011)
sut: Jeff Nichols
pen: Jeff Nichols
A.S.

Film ini agak mirip dengan film lain yang dibintangi Michael Shannon juga, Bug (2006). Tidak benar-benar mirip, tapi polanya sama. Yaitu membuat penonton menerka-nerka sepanjang film, apakah kita sedang bersama protagonis yang ‘benar’ atau malah gila, dan jawabannya baru ada di akhir. Tapi menurut saya film ini lebih baik dari Bug.

Cara Jeff Nichols terus-terusan menahan rasa penasaran kita dengan memberikan ‘mimpi-mimpi’ yang menyeramkan, lalu diperbandingkannya dengan ‘kenormalan’ sehari-hari; sangat jitu dalam membuat sulit untuk benar-benar memastikan kebenarannya. Dan juga casting dan akting yang sangat luar biasa dari Michael Shannon menambah kehebatan film ini.

Sangat direkomendasikan bagi penggemar thriller, horor, misteri, dan drama.

7.5/10

Take Shelter: rekomendasi bagi para cinephiles (13+)

The Girl with the Dragon Tattoo

The Girl with the Dragon Tattoo (2011)
sut: David Fincher
pen: Steven Zaillian
A.S.

Film ini lebih baik daripada versi Swedia-nya, meski tidak sesuai dengan ekspektasi saya pribadi. Akting Rooney Mara luar biasa, salah satu contoh terbaik totalitas akting seorang aktris bertemu dengan karakter yang tepat. Tulisan Steven Zaillian sangat dekat dan berhasil mendapatkan esensi dari novelnya, begitulah yang saya dengar. Daniel Craig baik-baik saja. Dan secara estetik, penyutradaraan dari David Fincher tidak memiliki flaws, bahkan hampir sempurna.

Tapi itulah masalahnya, film ini seperti disutradarai oleh robot. Menurut saya, Fincher memberikan otaknya sepenuhnya, tetapi hatinya tidak. Saya selalu melihat David Fincher sebagai sutradara yang setipe dengan Stanley Kubrick, berintelejensia tinggi. Setiap komposisi, framing, angle, gerakan kamera, lighting, warna, tone, kontinuiti, blocking, dan suara dari setiap shot di dalam film ini amat sangat presisi dan memiliki tujuan. Dan saya pribadi tidak bisa benar-benar mengetahui secara pasti apa yang membuat saya kurang menikmati film ini, selain dengan menebak bahwa ‘hati’ yang ia berikan pada film ini hanya setengah—selain untuk karakter Lisbeth Salander tentunya. Karena terlihat jelas sekali David Fincher sangat menyukai karakter ini.

Bisa dibilang film ini adalah Zodiac (2007) + Se7en (1995), hanya saja ‘hati’ yang diberikan pada kedua film itu tidak terdapat di sini.

Secara obyektif filmnya sendiri sangat baik. Film ini sangat detil dalam menunjukkan proses investigasi yang dilakukan oleh kedua detektifnya, dan interaksi antar keduanya—yang meski bagi saya pribadi agak terlalu ‘dingin’ dan memakan waktu cukup lama sebelum mereka bertemu—cukup menarik dan dinamis. Di scene-scene awal memang agak mengalienasi penonton, karena kita bukannya diajak masuk ke dalam dunianya dengan baik-baik, tapi seperti ‘diceburkan’. Tapi setelah ceritanya mulai ‘naik gigi’, kita akan mulai terbiasa dengan temperatur airnya. Tapi ingat, air ini bukan air hangat dengan sabun yang wangi, ini adalah air dingin yang akan menusuk tulang.

Di dalam film ini terdapat mutilasi, penyiksaan, pemerkosaan, dan kekerasan yang on-screen. Kebanyakan tidak diimplikasikan, tetapi ditunjukkan. Dan yang diimplikasikan pun tidak kalah seramnya. Secara keseluruhan, sebuah film investigasi misteri yang di atas standar. Direkomendasikan buat para cinephiles dan penikmat misteri dan thriller.

7.5/10

The Girl with the Dragon Tattoo: rekomendasi bagi para cinephiles (17+)

Tinker Tailor Soldier Spy

Tinker Tailor Soldier Spy (2011)
sut: Tomas Alfredson
pen: ###
Inggris Raya

Dari novel yang cukup terkenal, dan pernah diadaptasi menjadi miniseri televisi yang populer di Inggris pada akhir 70an, kisah ini sudah sangat terkenal di Inggris. Menceritakan tentang George Smiley yang ingin menemukan mata-mata Rusia yang menyusup ke dalam badan intelijen Inggris.

Kisah ini tidak seperti kisah mata-mata yang lain yang penuh adegan aksi dan kejar-kejaran. Kisah ini lebih ‘pendiam’. Dan realistis. Filmnya sendiri memiliki sinematografi dan atmosfir yang khas. Departemen aktingnya dipenuhi jajaran aktor-aktor kawakan Inggris, bisa dibilang Harry Potter untuk penonton dewasa. Film ini juga disutradarai oleh Tomas Alfredson, yang membuat Let The Right One In (2008), yang menurut saya adalah film vampir terbaik sepanjang masa.

Namun meski memiliki semua hal itu, ternyata saya kurang bisa menikmati film ini. Gaya penyutradaraan Alfredson yang diterapkan ke film ini masih kurang lebih mirip dengan gaya penyutradaraannya di Let the Right One In, yang secara konsep seharusnya sangat pas untuk mengeksekusi kisah ini. Akting-akting dari bintang-bintangnya pun tidak ada yang lemah, bahkan semuanya luar biasa.

Tetapi menurut saya film ini agak kurang dalam hal yang paling vital dalam film, yaitu skenarionya (saya sadar kok skenarionya dapat nominasi Oscar). Cara skenarionya ‘menguraikan’ kisahnya terlalu ‘berani’ dalam ‘menyelubungi’ informasi dari penonton, sehingga selain membuat sulit untuk mengikuti apa yang sedang terjadi dan mau ke mana kisah ini menuju, kita juga sulit untuk peduli pada para karakternya. Dan kekurangan dari skenario ini juga akhirnya berdampak negatif pada pace film secara keseluruhan.

Meski begitu, selagi menontonnya saya tetap dapat merasakan bahwa film ini berkelas tinggi. Jadi mungkin saya harus menontonnya sekali lagi untuk dapat benar-benar meresapi apa yang mungkin terlewatkan di kali pertama. Tapi tetap saja, bagi penonton yang hanya ingin rileks dan mencari hiburan, film ini tidak direkomendasikan.

6.5/10

Tinker Tailor Soldier Spy: … (13+)

Arlington Road

Arlington Road (1999)
sut: Mark Pellington
pen: Ehren Kruger
A.S.

Film thriller ini lumayan menarik. Tema utamanya adalah terorisme terselubung. Film ini mulai dengan tempo yang lambat, tapi kemudian jalan ceritanya akan mengikat anda untuk terus mengikutinya hingga konklusi cerita yang tak terduga-duga.

Film ini menceritakan seorang profesor universitas yang mencurigai tetangganya sebagai seorang teroris, setelah menemukan kejanggalan pada masa lalu si tetangga.

Kekuatan terbesar dari film ini adalah skenarionya. Babak pertama-nya lumayan lambat tapi sudah cukup efisien untuk memperkenalkan para karakter dan setting ceritanya. Babak kedua-nya cukup solid untuk menggenggam perhatian anda dan membuat anda terus bertanya-tanya bagaimana mereka akan mengakhiri kisah ini. Kemudian babak ketiga-nya bertempo tinggi namun butuh suspension of disbelieve yang banyak (jangan dipikirkan terlalu dalam, nikmati saja).

Dengan beberapa kekurangan yang saya yakin bisa terlupakan oleh para penonton kasual, film ini film yang cukup menghibur dan cerdas, dan direkomendasikan bagi para penikmat thriller dan misteri.

7/10

Arlington Road: Rekomendasi bagi para cinephiles (BO)